SELAMAT “HARI GURU” UNTUKMU GURU-GURU HEBATKU
Halo apa kabar guru-guru hebatku yang berada di seluruh penjuru negeri ini? Melalui artikel ini, saya ingin mengucapkan selamat hari guru untukmu pahlawanku. Terimakasih atas segala jasa-jasa bapak/ ibu guru mencerdaskan dan turut mengambil peran penting menjadi garda terdepan dalam membangun generasi emas bangsa.
“Pahlawan tanpa tanda jasa”, hingga saat ini menjadi momok dan perdebatan. Pasalnya istilah ini mengandung makna filososfis yang begitu dalam. Memang benar seorang guru tidak memiliki tanda jasa layaknya pahlawan revolusi. Namun, guru adalah sosok yang sangat berjasa melalui dedikasinya mencerdaskan dan membentuk karakter positif dengan cara menebarkan ilmu pengetahuan dan mengajarkan akhlak yang baik secara tulus kepada anak-anak calon penerus negeri ini.
Begitu luar biasanya guru. Tapi itu dulu…
Saat ini istilah tersebut lebih mengerucut pada aspek yang lebih sensitif yaitu “uang”. Bagi mereka yang menganut aliran kontra dengan pemberian gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” kepada guru mengatakan bahwa “mendidik atau mengajar” memang merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru karena mereka “digaji dan dibayar” oleh negara untuk itu.
Pikiran yang “sempit” menurut saya.
Mengajar dan mendidik bukanlah semata-mata hanya untuk mengejar “materi”. Cobalah menelisik lebih dalam. Guru membentuk kita menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berakal, berbudi pekerti luhur, mampu membedakan hal yang baik dan buruk, dan bertanggung jawab. Mereka melakukannya dengan ikhlas dan sabar dari kita tidak tahu apa-apa menjadi lebih paham, yang bukan siapa-siapa menjadi seperti sekarang. Dan kemudian mendapatkan “uang” yang kita sebut gaji adalah hal yang wajar sebagai bonus akan kesabaran dan keikhlasannya.
Gurulah yang mengajarkan kita baca tulis hitung. Saya bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat berbentuk artikel seperti yang saya lakukan saat ini tentunya bagian dari peran guru yang dengan tekun mengajarkan saya begaimana berpikir kritis dan menghasilkan hal-hal yang produktif. Kitapun bisa bertransaksi jual beli dan membangun usaha karena kita telah mampu berhitung untung rugi dengan baiknya. Itu semua adalah peranan guru, bukan?
Lalu apa kabar dengan guru yang masih menjadi tenaga honorer? Masihkan mereka bisa kita nilai pengorbanannya dengan “uang?”. Jawabannya sudah jelas “tidak.” Meskipun untuk menyambung hidup keluarga dan demi asap dapur tetap mengepul, mereka berharap ada bonus yang mereka bisa dapatkan dari buah kesabaran dan keikhlasannya selama ini. Akan tetapi kenyataannya, para guru honorer masih belum “tersejahterahkan.” Namun tetap saja senyum mereka selalu lebar di depan anak didik seakan-akan tanpa beban hidup. Sungguh mulia bukan?.
Di hari guru ini, semoga pemerintah Indonesia memberikan “bonus” atas dedikasi dan buah kesabaran para “pahlawan tanpa tanda jasa” khususnya guru honorer yang masih kurang mendapat perhatian atas kesejahteraan mereka.
Guruku adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Selamat “hari guru” untukmu Guru-Guru Hebatku di Seluruh Penjuru Negeri ini. Indonesia masih belum merdeka jika kesejahteraan guru belum diperhatikan.
Sumber: Dokumentasi penulis, Lokasi STMIK Bina Adinata Bulukumba
This article has been published in Radar Selatan https://radarselatan.fajar.co.id/2022/11/26/opini-selamat-hari-guru-untukmu-guru-guru-hebatku/