October 16

Implementasi Pengajaran Bahasa Inggris dalam Kebijakan Kurikulum Merdeka

Bahasa inggris di Indonesia sebagai bahasa asing yang sulit dijumpai praktik dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Lalu bagaimana menghadirkan Bahasa Inggris dalam kebijakan Kurikulum Merdeka di Indonesia?.

Sebagaimana yang kita ketahui, Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang telah berhasil menjembatani komunikasi antar etnis dan budaya di seluruh nusantara. Sehingga, menggunakan Bahasa Indonesia menjadi simbol nasionalisme dan rasa kecintaan seseorang terhadap bangsa Indonesia. Akan tetapi, di tengah globalisasi dan perkembangan teknologi, di balik pentingnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, Bahasa Inggris hadir sebagai bahasa internasional (Lingua Franca) yang memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya di bidang pendidikan.

Pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia telah menjadi semakin relevan, terutama dengan peluncuran Kebijakan Kurikulum Merdeka yang memberikan otonomi kepada lembaga pendidikan untuk merancang kurikulum yang lebih sesuai dengan kebutuhan lokal sehingga guru dan pemangku kebijakan dapat menyesuaikan konten pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa.

Namun, implementasi Bahasa Inggris dalam kebijakan ini tidaklah semulus yang kita bayangkan. Pemangku kebijakan, guru, maupun siswa masih menghadapi banyak tantangan, terutama karena peranan Bahasa Inggris masih menjadi bahasa asing di Indonesia yang berakibat pada sulitnya dijumpai praktik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tantangan utama adalah munculnya persepsi bahwa Bahasa Inggris merupakan sesuatu yang eksklusif, terutama di luar lingkungan pendidikan formal. Masyarakat Indonesia, khususnya pembelajar, merasa kesulitan untuk melihat relevansi langsung dari penggunaan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari mereka. Inilah yang menjadi kendala dalam memotivasi banyak individu untuk mempelajari bahasa ini dengan tekun. Bahasa Inggris dianggap sulit dan membosankan.

Namun, penting untuk mengubah pandangan ini. Bahasa Inggris bukan hanya tentang kemampuan berkomunikasi dengan penutur asli, tetapi juga tentang akses ke pengetahuan global, peluang pekerjaan yang lebih luas, dan kemampuan untuk bersaing dalam kancah internasional. Dalam era digital, kemampuan untuk mengakses sumber daya, informasi, dan komunikasi dalam Bahasa Inggris sangat berharga. Seseorang yang tidak menguasai Bahasa Inggris mungkin akan tergerus oleh kemanjuan zaman.

Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum merdeka, penting untuk memasukkan Bahasa Inggris dalam konteks praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Bahasa Inggris dalam konteks masa kini tidak hanya dipandang dalam satu persepktif saja. Tujuan mempelajari Bahasa Inggris mencakup berbagai aspek kehidupan. Untuk tujuan komunikasi internasional misalnya, siswa dapat dibimbing bagaimana menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dalam konteks global, termasuk bisnis, diplomasi, dan media sosial.

Lain halnya untuk tujuan akses informasi. Siswa sebaiknya dibimbing bagaimana cara mencari literatur dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan. Untuk keterampilan kerja, guru harus mengintegrasikan Bahasa Inggris ke dalam pelatihan keterampilan kerja yang relevan dengan industri tertentu. Untuk pemahaman terkait budaya populer, siswa diarahkan mempelajari Bahasa Inggris melalui musik, film, dan literatur yang populer di seluruh dunia.

Dengan mengintegrasikan Bahasa Inggris ke dalam konteks yang praktis dan relevan, pengajaran Bahasa Inggris dapat menjadi lebih menarik dan bermakna bagi pembelajar. Kebijakan Kurikulum Merdeka memberikan kesempatan untuk merancang pendekatan ini, memotivasi pembelajar untuk mengembangkan keterampilan Bahasa Inggris yang akan membantu mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan bersaing dalam pusaran zama yang semakin mendunia. Bahasa Inggris tidak hanya sebuah mata pelajaran namun sebagai alat yang membuka pintu menuju dunia yang lebih luas.

Pedoman Guru dalam Penerapan Kurikulum Merdeka

Guru memegang peranan kunci sebagai fasilitator siswa untuk belajar Bahasa Inggris yang sesuai dengan gaya belajar, ketertarikan, dan kebutuhan individu pembelajar dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka. Lalu, bagaimana sebaiknya guru bertindak memfasilitasi siswa dalam pengajaran Bahasa Inggris dalam konteks kurikulum saat ini?.

Beberapa pedoman untuk membantu guru menjalankan peran ini secara efektif diantaranya memahami karakteristik, minat, kebutuhan, dan gaya belajar unik dari setiap siswa dengan melibatkan wawancara awal, penilaian, atau observasi untuk mengidentifikasi preferensi belajar mereka. Mendiskusikan dan menetapkan bersama dengan siswa tujuan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka tentunya akan memberi siswa motivasi tambahan untuk belajar Bahasa Inggris. Kurikulum merdeka menekankan adanya kolaborasi dengan siswa. Mari mengajak siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Diskusikan dengan mereka tentang apa yang mereka ingin capai, dan bagaimana mereka ingin belajar Bahasa Inggris.

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka atau bahkan kurikulum-kurikulum sebelumnya, guru perlu memahami aspek budaya dan latar belakang siswa. Seorang guru harus dapat menyesuaikan metode pengajaran dan materi pembelajaran untuk memenuhi preferensi siswa. Tentunya, ini akan membantu dalam merancang kurikulum yang lebih inklusif dan relevan.

Penerapan diferensiasi Instruksi sangat perlu dalam Kurikulum Merdeka. Siswa yang lebih visual mungkin akan mendapat manfaat dari grafik dan gambar, sementara siswa auditori mungkin lebih suka diskusi berbasis percakapan. Kemudahan akses ke beragam sumber daya, termasuk buku teks yang sesuai dengan tingkat mereka, aplikasi belajar, materi audiovisual, dan perangkat teknologi yang mendukung belajar Bahasa Inggris juga perlu dipastikan karena pemanfaatan teknologi edukasi seperti platform pembelajaran online, aplikasi belajar, dan sumber daya digital lainnya akan sangat berguna dalam memfasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan gaya dan kebutuhan siswa.

Memberikan kesempatan peserta didik untuk berkreasi. Foto: Dokumentasi penulis

Pemberian umpan balik yang jelas dan konstruktif serta evaluasi berkelanjutan kepada siswa tentang kemajuan mereka serta cara untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris mereka adalah hal yang tidak kalah penting. Dalam pengajaran Bahasa Inggris sesuai dengan gaya belajar, ketertarikan, dan kebutuhan siswa, guru harus menjadi fasilitator yang sensitif untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna dan relevan bagi setiap individu. Ini akan membantu siswa merasa terlibat dan termotivasi untuk meraih kemahiran Bahasa Inggris yang lebih baik sesuai dengan kebijakan Kurikulum Merdeka. Siswa membutuhkan evaluasi berkelanjutan untuk membantu mereka mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Inggris.

Semangat para guru-guru hebat Indonesia. Jangan takut untuk mencoba metode pengajaran yang inovatif dan kreatif, seperti proyek kolaboratif, simulasi, atau permainan yang mendukung pembelajaran Bahasa Inggris.

This article has been published at Kumparan


Surel: widya_pratiwi@ecampus.ut.ac.id - Blog: https://www.pratiwiwidyarizky.my.id/

Posted 16/10/2023 by widya-pratiwi in category "Homepage

About the Author

Widya Rizky Pratiwi is a lecturer of Universitas Terbuka, Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *