February 7

Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia. Bagaimana Dampaknya? 

Seiring perkembangannya, Bahasa Inggris dinobatkan sebagai bahasa sehari-hari yang lazim digunakan sebagai alat komunikasi di banyak negara di dunia. Sehingga bisa dikatakan, ia telah menjelma menjadi bahasa internasional dan global. Hal ini tentunya memosisikan Bahasa Inggris sebagai sesuatu hal yang vital bagi setiap warga negara untuk turut andil memainkan peranannya masing-masing dalam revolusi industri 4.0, termasuk pelajar Indonesia. 

Sebagaimana kemajuan sistem informasi dan digitalisasi yang terus melaju dengan pesatnya, tentunya semakin menuntut setiap individu untuk menguasai bahasa internasional ini, tidak hanya pasif namun juga secara aktif agar dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Mereka yang tidak dapat melihat potensi ini tentunya akan tertinggal jauh dan tidak dapat menjadi salah satu bagian terdepan dalam mencetak sejarah pembangunan bangsa. 

Sayangnya, Bahasa Inggris berkembang sebagai bahasa asing di Indonesia. Dampaknya, pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia mengalami banyak kendala dimana sangat sulitnya dijumpai orang-orang yang berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Tak jarang, instruksi, komunikasi, dan diskusi dalam pengajaran Bahasa Inggris di kelas menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehingga siswa tidak terpapar oleh bahasa target ini. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa belajar Bahasa Inggris di Indonesia kurang didukung oleh lingkungan yang memadai. 

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing, yang dikenal dengan istilah English as a Foreign Language (EFL), dalam konteks Indonesia telah mengalami kesulitan yang signifikan. Kompetensi guru yang rendah dan motivasi siswa yang lemah tentunya berujung pada tidak tercapainya kemampuan Bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan dalam capaian pembelajaran (Sulistyo, 2015). 

Panggabean (2015) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cara belajar dan mengajar Bahasa Inggris di Indonesia menjadi beban. Meskipun sejak tahun 1980-an pendekatan berbasis tata bahasa telah berubah menjadi pendekatan fungsional, guru masih mengajar Bahasa Inggris dengan pendekatan sebelumnya. Akibatnya, mereka gagal menciptakan suasana belajar dan mengajar yang komunikatif, nyaman, dan menarik. Pada akhirnya, pendekatan berbasis tata bahasa menimbulkan persepsi siswa bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan memberatkan. 

Abrar (2016) dan Pratiwi (2021) juga mengungkapkan bahwa siswa mungkin malu dan takut melakukan kesalahan. Diantara mereka juga bahkan tidak tertarik sama sekali. Durasi waktu pengajaran Bahasa Inggris di sekolah pun sangat minim, sumber daya kurang memadai, materi tidak sesuai dengan kemampuan siswa, fasilitas terbatas, dan ruang kelas terlalu padat. Akibatnya, siswa melakukan beberapa kegiatan yang menyimpang di kelas, misalkan bermain smartphone ataupun tidur saat guru sedang menjelaskan. 

Ilustrasi siswa yang sedang tidur di kelas  (https://www.shutterstock.com)  

Tentunya, kasus-kasus yang terjadi pada dunia pendidikan menempatkan beban berat pada guru Bahasa Inggris untuk memastikan bahwa siswa belajar bahasa internasional ini dengan memperoleh dukungan yang optimal. Selain itu, guru juga dituntut untuk dapat memfasilitasi keberhasilan penguasaan bahasa di kelas. Oleh karena itu, lingkungan yang mendukung, kompetesi, dan inovasi tentunya sangatlah penting untuk Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing 

Referensi: 

Artikel: 

Abrar, M. (2016). Teaching English Problems: An Analysis of EFL Primary School Teachers in Kuala Tungkal. Proceedings of the 16th Indonesian Scholars International Convention, At Birmingham, UK, 16(1), 94-101. 

Sulistiyo, U. (2015). Improving English as a Foreign Language Teacher Education in Indonesia: The Case of Jambi University. (Published thesis, Master of Education at La Trobe University, Australia) 

Panggabean, H. (2015). Problematic Approach to English Learning and Teaching: A Case in Indonesia. English language teaching, 8(3), 35-45. 

Pratiwi, W. R., Atmowardoyo, H., & Salija, K. (2020). The Need Analysis of Participation in an English Immersion Village at” Kampung Inggris Pare”. International Journal of Language Education, 4(1), 158-170. 

Website: 

https://www.shutterstock.com/image-photo/student-sleeping-napping-on-examination-this-1046565655

This article has been published in Miindonews https://miindonews.co.id/wacana/bahasa-inggris-sebagai-bahasa-asing-di-indonesia-bagaimana-dampaknya/


Surel: widya_pratiwi@ecampus.ut.ac.id - Blog: https://www.pratiwiwidyarizky.my.id/

Posted 07/02/2023 by widya-pratiwi in category "Homepage

About the Author

Widya Rizky Pratiwi is a lecturer of Universitas Terbuka, Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *