“Motivasi yang tinggi dan strategi yang terarah akan menentukan kesuksesan seseorang dalam menggapai tujuan dan impian” (Widya Rizky Pratiwi, 2021)
“Bahasa Inggris adalah bahasa yang sulit, rumit, dan membosankan”. Opini inilah yang menggiring rasa takut dan enggan untuk belajar Bahasa Inggris. Namun pendapat ini bukanlah hal yang salah sebab sebuah persepsi lahir dari kenyataan atau pengalaman seseorang. Beberapa penelitian mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi, baik guru maupun siswa, dalam implementasi pengajaran dan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah. Sehingga hal ini menuai perspektif negatif di kalangan peserta didik. Dan jika tidak mendapat perhatian khusus, hal ini dapat menjadi sebuah momok yang berkepanjangan yang dapat semakin menurunkan kualitas pembelajaran dan penerimaan Bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia
Sebuah penelitian yang penulis lakukan di Kampung Inggris Pare menyimpulkan sebuah pendapat bahwa strategi pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk menentukan tujuan sehingga pemelajaran menjadi lebih terarah. Pelajar berpotensi mengalami kebingungan dan kebosanan tanpa strategi pembelajaran yang tepat karena mereka tidak memiliki patokan dan acuan tentang apa yang harus mereka capai dan dengan apa mereka mencapai tujuan tersebut. Sehingga, strategi pembelajaran diperlukan untuk mengatur seseorang belajar dan tetap fokus pada tujuan.
Penulis merujuk sebuah istilah neuro-kognisi yang lahir dari hasil penelitian tersebut (Pratiwi, 2021). Strategi belajar neuro-kognisi merupakan strategi belajar yang berkaitan dengan proses berpikir dan bernalar yaitu termasuk kemampuan untuk berkonsentrasi, mengingat sesuatu, memproses informasi, belajar, berbicara, dan memahami. Jadi, “secara alamiah, proses belajar bergantung pada efektifitas fungsi otak” (Sasikumar, Fathima, & Mohan, 2013). Jika dikaitkan dengan proses penerimaan bahasa asing untuk tujuan komunikatif, strategi ini diarahkan pada jenis strategi siswa dalam meningkatkan kosa kata, pengucapan, dan kefasihan berbicara.
Sebagaimana belajar bahasa adalah untuk tujuan kmunikatif, seluruh elemen berbicara yang tersebut di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hasil penelitian yang dilakukan tersebut menemukan bahwa siswa melakukan serangkaian proses untuk mendapatkan manfaat dalam meningkatkan kosakata, pengucapan, dan kefasihan berbicara sekaligus. Strategi ini dimulai dari “getting input, taking note, reviewing, imitating, dan practicing”.
Terdapat beberapa sumber masukan (input) untuk meningkatkan keterampilan berbicara (speaking). Namun secara umum, berbicara dapat dimulai dari kegiatan mendengar (listening), baik dari mendengar percakapan orang secara langsung maupun mengakses materi-materi youtube seperti film, musik, atau situs pembelajaran Bahasa Inggris lainnya seperti liricstraining.com. Akan tetapi, karena kita tidak berada di lingkungan berbahasa Inggris, memperoleh input dari mendengar percakapan orang secara langsung sangatlah sulit. Sehingga, banyak pelajar yang memilih opsi kedua yaitu memperoleh input dengan mengakses materi atau konten dari internet.
Bagi pelajar pemula, penulis lebih menyarankan untuk belajar melalui film daripada musik karena film akan menampilkan kosakata yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, jika dibandingkan dengan lagu yang menggunakan kata kata yang lebih ke arah sastra atau yang membutuhkan tingkat pemahaman yang lebih tinggi sehingga ini cocok bagi pelajar tingkat lanjutan.
Belajar dari situs pembelajaran Bahasa Inggris sangat jarang dilakukan karena banyak pelajar yang belum terlalu familiar dengan situs ini. Sebenarnya, terdapat banyak situs pembelajaran Bahasa Inggris yang dapat kita akses, seperti BBC Learning English, Cambridge English Online, British Council, Easy World of English, Exam English, Effortless English Podcast, dan masih banyak lagi. Situs-situs ini memberikan banyak pilihan pembelajaran mulai dari basic sampai tingkat advanced dengan berbagai jenis fokus dan materi yang diinginkan. Sehingga siswa dapat memilih materi sesuai kebutuhan dan tujuan belajar.
Saat mendengar tersebut, ada baiknya menyiapkan buku catatan untuk mencatat (taking note). Tujuannya adalah agar ketika menemukan kosakata asing atau kurang familiar, pembelajar dapat mencatat osakata tersebut di buku catatan kemudian mengelolanya dengan mencari definisi, persamaan kata, lawan kata, atau membuat kalimat. Sehingga selain mengetahui terjemahan, pembelajar juga dapat memahami konteks penggunaan. Selain mencatat di buku catatan, pembelajar juga dapat juga menuliskan kosakata tersebut di manapun di setiap sudut ruangan yang dapat dengan mudah dijumpai setiap saat ketika melakukan aktifitas di rumah.
Setelah mencatat, kosakata tersebut harus direview atau dilihat/ didengar kembali secara berulang-ulang. Tak perlu menyediakan waktu khusus untuk melakukan reviewing, kapan dan dimanapun dapat dilakukan ketika ada kesempatan. Oleh karena itu disarankan untuk mencatat kosakata pada buku kecil atau menyimpan materi podcast atau tontonan dalam memori mobile phone agar dapat dibawa kemana-mana. Kegiatan review ini bertujuan untuk meningkatkan kosakata/ vocabulary.
Selanjutnya adalah imitating atau meniru. Ketika kegiatan mereview biasanya dilakukan dalam silent way atau cara diam, sebaliknya kegiatan meniru harus dilakukan dengan suara nyaring. Tujuannya adalah untuk melatih pelafalan atau pronunciation. Dalam kegiatan ini, pelajar membutuhkan kamus seperti Oxford atau aplikasi yang dapat mengeluarkan suara seperti google translation agar dapat meniru pelafalan dengan tepat.
Kemudian, setelah memperoleh input, taking note, reviewing, dan imitating, langkah terakhir yang dilakukan adalah practice untuk tujuan peningkatan kefasihan berbicara/ speaking fluency. Karena kita tidak berada dalam lingkungan Bahasa Inggris, peningkatan kefasihan berbicara tidak dapat dilakukan secara alami karena sangat sulit dijumpai komunitas yang memang menggunakan Bahasa Inggris sehari-hari, kecuali kita berada pada lingkungan imersi bahasa seperti Kampung Inggris Pare yang berada di Kediri, jawa Timur. Sehingga peningkatan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan mendesain kegiatan pembelajaran seperti discussion, role play, game sesuai kesepakatan dengan lawan berbicara. Sebab, sangat susah untuk mempraktekkan keterampilan berbicara jika kita tidak memiliki lawan berbicara.
Itulah kelima langkah belajar Bahasa Inggris yang tepat berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di tahun 2019. Penulis kemudian memperkenalkan metode ini sebagai strategi belajar neurocognitif atau “Neurocognitive Learning Startegy”. Metode ini sangat cocok diterapkan bagi siapa saja yang ingin belajar Bahasa Inggris.
Semoga memberi manfaat kepada para pembaca. Selamat mencoba…
This article has been published at Radar Sulbar