English For Computer: Communication Skills In ICT
JEJAK SANG PEMIMPI: CERITA DARI KAMPUNG INGGRIS PARE
Pendidikan Kognitif berbasis Karakter di Tingkat Pendidikan Dasar
Dijabarkan oleh Noor (2018), pendidikan adalah usaha sadar oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan orientasi, pengajaran, dan pelatihan yang berlangsung sepanjang hayat, di dalam dan di luar sekolah, agar dapat mempersiapkan diri dalam memainkan peran yang berbeda. Pendidikan dapat berupa pembelajaran terprogram maupun tidak terprogram yang diperoleh dalam bentuk pembelajaran formal dan nonformal serta informal yang berlangsung sepanjang hayat dan bertujuan untuk mengoptimalkan keterampilan individu agar dapat berpartisipasi secara memadai dalam kehidupan di masa sekarang dan yang akan datang.
Kacamata penulis melihat sistem pendidikan dasar di Indonesia saat ini masih banyak yang hanya berfokus pada perkembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan perkembangan otak kanan (afektif, empatik dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih kepada optimalisasi fungsi otak kanan. Juga dalam mata pelajaran pembentukan karakter (seperti sopan santun dan agama) lebih ditekankan pada sisi kiri otak (mengingat atau sekadar “mengetahui”). Padahal, pembangunan karakter harus sistematis dan berkesinambungan serta melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan.
Issue dan realita ini tentunya berdampak pada pembangunan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Sehingga ini tentunya harus menjadi fokus kita bersama.
Lalu apa sebenarnya kecerdasan kognitif itu?
Al-Faruq dan Sukatin (2020) menjelaskan bahwa kognitif adalah istilah yang digunakan oleh para psikolog untuk menggambarkan semua fungsi mental yang berkaitan dengan persepsi, pemikiran, memori dan pemrosesan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh informasi, memecahkan masalah dan merencanakan masa depan. Domain kognitif mengacu pada kemampuan berpikir, termasuk kemampuan untuk mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.
Perkembangan kognitif terjadi sejak masa kanak-kanak, meskipun potensi terutama biologis dimulai sejak lahir. Ketika anak-anak mulai sekolah, keterampilan kognitif mereka berkembang pesat (Ariani et al., 2022). Karena bersekolah berarti dunia dan minat anak berkembang, dan dengan meluasnya minat juga tumbuh pemahaman tentang orang dan benda yang sebelumnya tidak berarti bagi anak.
Umumnya, kemampuan berpikir anak sebelum sekolah bersifat imajinatif dan egosentris. Kemampuan berpikir selanjutnya berkembang pada usia sekolah dasar dan menjadi lebih konkrit, bermakna, dan objektif. Pada tahap ini, kemampuan anak untuk mengeksplorasi lingkungan meningkat karena terjadi peningkatan kontrol motorik yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan bertanya dengan kata-kata dan dipahami oleh orang lain. Akibatnya, imajinasi dan kapasitas mental anak terus bekerja sehingga daya tangkap dunia meningkat.
Menurut Zulkarnain (2015), model pendidikan kognitif dapat dianggap sebagai model tertua dalam sejarah pendidikan. Model ini sangat menitikberatkan pada kegiatan pengukuran dalam proses evaluasi pendidikan yang mana “angka” akan memainkan peran yang sangat penting. Dalam praktiknya, model ini telah diterapkan dalam proses penilaian untuk mengidentifikasi dan mengungkap perbedaan antara individu dan kelompok dalam hal keterampilan, minat, sikap dan kepribadian.
Akibatnya, siswa yang terdoktrin untuk berorientasi pada prestasi tinggi sering mengabaikan karakter yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Sedangkan, siswa yang merasa “kurang” dalam hal prestasi akan merasa lebih di bawah dari teman-temannya yang mungkin saja dapat berefek pada rasa frustasi, sikap minder, dan semakin tidak termotivasi untuk belajar.
Lalu, bagaimana peran guru dan orangtua berkontribusi dalam pengembangan pendidikan karakter anak?
Menurut Feranina dan Komala (2022), karakter adalah perilaku berdasarkan nilai-nilai berdasarkan norma agama, budaya, hukum/ konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Pembentukan karakter pada hakekatnya terjadi melalui pengajaran nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab memperkuat kecenderungan sehingga menjadi kebiasaan.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk mendorong lahirnya peserta didik yang baik, yaitu tumbuh dengan akhlak yang baik, tumbuh dengan segala potensi, serta kemampuan, dan komitmen untuk melakukan yang terbaik dan benar sebagai tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif dapat ditemukan di lingkungan sekolah dimana semua siswa dapat menunjukkan potensi mereka untuk mencapai tujuan penting.
Masyarakat membentuk karakter melalui pendidik dan orang tua agar anak siap berperilaku seperti yang diinginkan masyarakat. Murba et al., (2022) menekankan bahwa karakter dikembangkan melalui tahapan “pengetahuan (knowledge), tindakan (action), dan kebiasaan (habit). Artinya, karakter tidak terbatas pada pengetahuan. Seseorang yang memiliki ilmu kebaikan belum tentu dapat berbuat dan bertindak atas ilmu tersebut kecuali dilatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter tidak terbatas pada pengetahuan, tetapi lebih dalam dan mencapai ranah perasaan dan kebiasaan diri. Oleh karena itu diperlukan 3 (tiga) komponen karakter yang baik, yaitu a) pengetahuan moral, b) perasaan moral, dan c) tindakan moral. Hal ini diperlukan agar siswa dapat sekaligus memahami, merasakan, dan melakukan nilai-nilai kebaikan tersebut.
Sistem pendidikan yang mampu membentuk manusia yang berkarakter baik yang siap secara pribadi dan sosial untuk hidup di dunianya sendiri harus menjadi tujuan utama dari setiap institusi pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan yang sesuai untuk menghasilkan manusia yang cerdas dan berakhlak mulia harus menjadi komitmen setiap pendidik dan juga didukung oleh peran orangtua. Peserta didik harus didesain menjadi individu yang dapat terlibat aktif sebagai anggota masyarakat. Mereka harus dibantu dan didorong untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan efektif yang memiliki keinginan, pengetahuan, dan berjiwa sosial.
Pada kesimpulannya, peningkatan kognitif siswa sangat penting. Namun, hal yang lebih penting adalah dukungan dalam menciptakan pendidikan kognitif berbasis karakter di level pendidikan dasar. Sehingga, guru dan orangtua diminta saling bekerjasama dalam mencapai tujuan tersebut. Kerjasama yang dimaksud untuk menanamkan pendidikan kognitif berbasis karakter demi pembentukan akhlak peserta didik. Menurut penulis, pondasi pembentukan akhlak seseorang berada di pendidikan level dasar. Harapannya, pembentukan dan pembangunan mental anak bangsa tidak berhenti pada level dasar saja namun dapat berlanjut pada level yang lebih tinggi.
Referensi:
Al-Faruq, M. S. S., & Sukatin, S. P. I. (2020). Psikologi Perkembangan. Deepublish.
Ariani, I., Lubis, R. N., Sari, S. H., Fransisca, Y., & Nasution, F. (2022). Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 12347-12354.
Murba, A., Kinasih, I. R., Aminah, S., Salsabila, T., & Gultom, N. I. (2022). Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(6), 12854-12860.
Noor, T. (2018). Rumusan tujuan pendidikan nasional pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan, 3(01).
Zulkarnain (2015). Pendidikan Kognitif berbasis Karakter. Tasâmuh, 12(2), 189-203
This article has been published in Radar Sulbar
Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam Dunia Pendidikan
Mengenal Artificial Intelligence (AI)
Artificial Intelligence (AI) atau yang kita kenal dengan kecerdasan buatan adalah istilah yang tidak bagi asing di masyarakat dalam era teknologi tinggi saat ini. Menurut Ng et al., (2022), AI telah menjadi kata kunci di abad ke-21 dan memiliki banyak peran yang sangat penting dan berdampak pada kehidupan sehari-hari. Banyak peneliti telah memberikan definisi terkait AI menurut sudut pandang masing-masing. Namun mereka menyepakati bahwa AI menantang masalah kognitif yang terkait dengan kecerdasan manusia (Goralski & Tan (2020). AI mengidentifikasi masalah yang muncul dan menjawab kebutuhan manusia pada umumnya. Marr (2018) berpendapat bahwa menciptakan mesin yang dapat berpikir seperti manusia selalu menjadi gagasan utama di era modern ini.
Pada dasarnya, AI terdiri dari dua kata yaitu Artificial dan Intelligence. Mengabaikan ‘A,’ Wang (2019, hlm. 17) fokus pada definisi ‘I’ yaitu “Intelligence” atau “kecerdasan” : “Kecerdasan adalah kapasitas sistem pemrosesan informasi untuk beradaptasi dengan lingkungannya saat beroperasi dengan pengetahuan dan sumber daya yang tidak mencukupi.” Dong et al., (2020) juga berkontribusi dalam memberikan definisi. Mereka berargumentasi bahwa AI adalah subbidang ilmu komputer yang berkaitan dengan perilaku kecerdasan manusia yang mengacu pada perangkat lunak dan perangkat keras mesin yang terdiri dari otak buatan.
Kebanyakan orang percaya bahwa kecerdasan buatan akan segera menggantikan kecerdasan alami karena AI dapat memecahkan masalah kognitif manusia seperti pemecahan masalah, mengenalan pola, kemampuan untuk mengikuti instruksi, dan lainnya. Akan tetapi, AI masih menyimpan masalah yang masih belum dapat terselesaikan, misalkan masalah terkait etika. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami bagaimana AI dapat mengubah dunia sebelum menjadi terlalu sulit untuk mengantisipasi tantangan dalam penggunaannya.
AI digunakan di banyak bidang, termasuk militer, kesehatan, pendidikan, dll. (Srivastava & Waghmare, 2020; Aggarwal et al., 2022). Dalam bidang militer, perangkat lunak AI dapat membantu prajurit (manusia) selama perang dengan membantu pekerjaan mereka. Misalnya, sistem AI dapat memindai ribuan dokumen setiap hari untuk membantu tentara meneliti ide-ide baru untuk strategi militer. Aplikasi perawatan kesehatan juga menggunakan AI untuk membantu dokter dalam diagnosis dan perawatan sehingga tenaga medis dapat mengefisienkan waktu ketika bertemu dengan pasien. Terakhir, aplikasi pendidikan menggunakan AI untuk membantu siswa mengerjakan tugas mereka dengan mengidentifikasi materi yang dikutip dan kesalahan tata bahasa. Oleh karena itu, AI menjadi topik yang hangat diperbincangkan dan dimanfaatkan di sekolah dan universitas.
Pemanfaatan AI dalam Pendidikan
Dalam dekade terakhir, penelitian dan pengembangan AI dalam Pendidikan berkembang cepat (Hwang et al., 2020), terutama dalam penulisan akademik. Memiliki keterampilan menulis akademik sangat penting pada jenjang pendidikan tinggi. Menurut Schmohl et al., (2020), Pada seluruh disiplin ilmu, terbukti bahwa mahasiswa memiliki permintaan yang tinggi akan layanan dan dukungan untuk peningkatan keterampilan menulis ilmiah. Olehnya, banyak perguruan tinggi yang saat ini menawarkan kursus penulisan akademik dengan pemanfaatan AI bagi mahasiswanya. Pada umumnya, AI diperlukan untuk penerjemahan, parafrase, koreksi tata bahasa, dan penelusuran ide serta pengecekan plagiasi yang berkontribusi pada peningkatan kualitas penulisan akademik (Alonso, 2022).
Selain itu, banyak universitas sekarang menawarkan kontrak berupa jasa penulisan yang dapat membantu dosen atau mahasiswa bagi mereka yang memenuhi syarat. Perguruan tinggi berani menggaji tinggi untuk meningkatkan kualitas penulisan ilmiah institusi karena dapat meningkatkan ratingnya dalam masyarakat. Peluang ini tentunya sangat berpotensi bagi mereka yang memiliki kemampuan mengoperasikan teknologi dan menguasai beberapa alat AI. Penguasaan ini dapat membantu mereka bekerja dengan cepat untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Beberapa orang enggan menerima kenyataan bahwa komputer dapat menulis lebih baik daripada manusia. Akan tetapi, hal ini sangat nyata. Banyak penulis akademik ataupun penyedia jasa penulisan yang berupaya untuk menguasai beberapa AI untuk membantu mereka menulis dengan baik dan cepat. Sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan sembari mencari nafkah dengan bekerja sebagai penulis.
AI berkembang pesat di bidang akademik dan non-akademik karena potensi penerapannya dalam kehidupan manusia sangat besar. Banyak aplikasi baru dan informasi terup to date yang saat ini tersedia untuk mempelajari cara menulis dengan AI. Pada akhirnya, kemampuan AI untuk menghasilkan materi tertulis secara efisien akan merevolusi masa depan manusia.
Sisi Positif dan Tantangan AI
Keunggulan AI sebagaimana dipaparkan oleh Khanzode & Sarode (2020) yakni AI dapat menyelesaikan tugas yang sulit dapat dilakukan dalam waktu singkat dan bahkan lebih cepat dari manusia, pekerjaan yang penuh tekanan dan kompleks dapat diselesaikan secara efisien, berbagai fungsi dapat dilakukan dalam waktu bersamaan, rasio keberhasilannya tinggi, lebih sedikit kesalahan dalam tugas, serta membutuhkan lebih sedikit ruang dan ukuran dengan perhitungan situasi jangka panjang dan kompleks. Namun, AI juga memiliki beberapa dampak negatif ketika disalahgunakan, yang menyebabkan kehancuran skala besar. Ketidaksesuaian program terkadang dilakukan berlawanan dengan perintah, dan pekerjaan manusia terpengaruh. AI menghasilkan masalah pengangguran yang meningkat, kreativitas bergantung pada programmer, kurangnya sentuhan manusia, generasi muda menjadi malas, membutuhkan banyak uang, dan ketergantungan terhadap teknologi meningkat. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan AI berdasarkan keperluan dan kebutuhan.
Referensi:
Aggarwal, K., Mijwil, M. M., Al-Mistarehi, A. H., Alomari, S., Gök, M., Alaabdin, A. M. Z., & Abdulrhman, S. H. (2022). Has the Future Started? The Current Growth of Artificial Intelligence, Machine Learning, and Deep Learning. Iraqi Journal for Computer Science and Mathematics, 3(1), 115-123.
Alonso, A. N. (2022). Online Translators in Online Language Assessments. Computer Assisted Language Learning, 23(3), 115-135.
Dong, Y., Hou, J., Zhang, N., & Zhang, M. (2020). Research on how human intelligence, consciousness, and cognitive computing affect the development of artificial intelligence. Complexity, 2020.
Gayed, J. M., Carlon, M. K. J., Oriola, A. M., & Cross, J. S. (2022). Exploring an AI-based writing Assistant’s impact on English language learners. Computers and Education: Artificial Intelligence, 3, 100055.
Goralski, M. A., & Tan, T. K. (2020). Artificial intelligence and sustainable development. The International Journal of Management Education, 18(1), 100330.
Khanzode, K. C. A., & Sarode, R. D. (2020). Advantages and Disadvantages of Artificial Intelligence and Machine Learning: A Literature Review. International Journal of Library & Information Science (IJLIS), 9(1), 3.
Ng, D. T. K., Leung, J. K. L., Su, M. J., Yim, I. H. Y., Qiao, M. S., & Chu, S. K. W. (2022). AI Education and AI Literacy. In AI Literacy in K-16 Classrooms (pp. 9-19). Springer, Cham.
Schmohl, T., Watanabe, A., Fröhlich, N., & Herzberg, D. (2020). How can Artificial Intelligence Improve the Academic Writing of Students?. In Filodiritto Editore–10th International Conference the Future of Education.
Srivastava, T. K., & Waghmare, L. (2020). Implications of artificial intelligence (AI) on dynamics of medical education and care: a perspective. J Clin Diagn Res, 1-2.
Wang, P. 2019. On Defining Artificial Intelligence. Journal of Artificial General Intelligence 10(2):1–37
This article has been published in Radar Makassar
Mendesain Website sebagai Wujud Komitmen dan Aktualisasi untuk Mengembangkan Institusi berstatus PTNBH
Latsar CPNS telah berlalu. Latihan Dasar bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang menyisakan segudang kenangan, membentuk kepribadian positif, menginternalisasi dan menerapkan nilai BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif), juga menghasilkan beragam aktualisasi yang diwujudkan dalam berbagai produk yang bermanfaat untuk pengembangan institusi para peserta latsar.
Sebagai institusi yang berubah status dari Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) menjadi Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PK-PTNBH) di akhir Oktober 2022, tentunya hal ini menjadi sebuah challenge tersendiri bagi Universitas Terbuka untuk mengoptimalkan diseminasi informasi dan sosialisasi promosi perguruan tinggi kepada khalayak umum.
Perguruan tinggi negeri yang berstatus badan hukum tentunya memiliki otonom yang lebih luas. Dilansir dari www.duniadosen.com, salah satu kelebihan dari PTNBH adalah keleluasaan atau otoritas perguruan tinggi negeri yang secara mandiri dapat mengelola rumah tangganya sendiri sesuai dengan tujuan kampus tersebut dengan harapan agar perguruan tinggi dapat lebih cepat berkembang dan berinovasi.
Otonomi tersebut tentunya memberi peluang baik dan keleluasaan bagi perguruan tinggi dalam menentukan jalur masuk, menetapkan biaya masuk dan kuliah, membuka dan menutup program studi sesuai dengan kebutuhan, membuka program non-subsidi, mengadakan kerjasama dengan industri, menyewakan lahan dan aset kampus, serta mekanisme lainnya untuk meningkatkan sumber pendanaan dari masyarakat (Anggraini, 2019).
Beriringan dengan status PTNBH, Universitas Terbuka mengemban visi untuk menjadi Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkualitas dunia yang diamanatkan dalam empat misi UT yaitu meningkatkan daya tampung pendidikan tinggi negeri, meningkatkan pemerataan akses pendidikan tinggi yang berkualitas dunia, mengembangkan budaya belajar sepanjang hayat, dan mendiseminasikan hasil kajian keilmuan dan pendidikan jarak jauh untuk mendukung pembangunan nasional dan global.
Melihat peluang yang sangat potensial bagi pertumbuhan Universitas Terbuka sebagai Perguruan Tinggi yang berstatus PTN-BH yang sejalan dengan visi UT, tentu hal ini berdampak pada komitmen dari seluruh civitas akademika Universitas Terbuka, khususnya saya sebagai peserta latsar CPNS, untuk mendukung keberadaan dan ketahanan UT dalam perkembangannya. Sehingga, salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai wujud komitmen dan aktualisasi untuk mengembangkan institusi yang bertugas pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris (Prodi MPBI) adalah mendesain website prodi. Mengapa website prodi?
Sosialisasi dan Promosi ini menjadi salah satu instrument pengenalan UT kepada masyarakat. Di UT sendiri, berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan image dan branding UT antara lain dengan media cetak, media elektronik, website, dan media sosial. Universitas Terbuka telah memiliki website induk https://ut.ac.id yang menyediakan seluruh informasi terkait Ke UT-an, fasilitas, sistem pembelajaran jarak jauh, referensi online, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, sedikit yang menjadi kegelisahan saya adalah tidak mendetailnya dan tidak begitu updatenya informasi terkait program studi. Program studi merupakan jantung sebuah perguruan tinggi. Mahasiswa akan lebih banyak menyentuh ranah ini. Sehingga, diseminasi informasi dan sosialisasi promosi program studi melalui website prodi sangat krusial dan berdampak nyata bagi kepuasan mahasiswa karena pengelolaannya dapat lebih terkoordinir pada program studi masing-masing sehingga informasi yang dihadirkan dapat lebih detail.
Oleh karena itu, inisiasi untuk membuat prototype website Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris menjadi solusi sementara untuk menghadirkan informasi prodi yang lebih mendetail yang ke depannya dapat ditransfer ke website official jika institusi telah membuat kebijakan untuk mengalakkan website program studi melalui website induk Universitas Terbuka. Sehingga, melalui tulisan ini saya mempromosikan website Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris https://www.mpbiut.com/ sebagai wujud komitmen dan aktualisasi saya untuk mengembangkan institusi berstatus PTNBH
Referensi:
Anggraini, D. S. (2019). Eksistensi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum terhadap Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Jurnal Ilmiah Hukum dan Keadilan, 6(2), 33-52.
https://www.duniadosen.com/keuntungan-dan-kelemahan-berstatus-ptn-bh/
This article has been published in Miindonews https://miindonews.co.id/wacana/mendesain-website-sebagai-wujud-komitmen-dan-aktualisasi-untuk-mengembangkan-institusi-berstatus-ptnbh/
SELAMAT “HARI GURU” UNTUKMU GURU-GURU HEBATKU
Halo apa kabar guru-guru hebatku yang berada di seluruh penjuru negeri ini? Melalui artikel ini, saya ingin mengucapkan selamat hari guru untukmu pahlawanku. Terimakasih atas segala jasa-jasa bapak/ ibu guru mencerdaskan dan turut mengambil peran penting menjadi garda terdepan dalam membangun generasi emas bangsa.
“Pahlawan tanpa tanda jasa”, hingga saat ini menjadi momok dan perdebatan. Pasalnya istilah ini mengandung makna filososfis yang begitu dalam. Memang benar seorang guru tidak memiliki tanda jasa layaknya pahlawan revolusi. Namun, guru adalah sosok yang sangat berjasa melalui dedikasinya mencerdaskan dan membentuk karakter positif dengan cara menebarkan ilmu pengetahuan dan mengajarkan akhlak yang baik secara tulus kepada anak-anak calon penerus negeri ini.
Begitu luar biasanya guru. Tapi itu dulu…
Saat ini istilah tersebut lebih mengerucut pada aspek yang lebih sensitif yaitu “uang”. Bagi mereka yang menganut aliran kontra dengan pemberian gelar “pahlawan tanpa tanda jasa” kepada guru mengatakan bahwa “mendidik atau mengajar” memang merupakan tugas dan tanggung jawab utama guru karena mereka “digaji dan dibayar” oleh negara untuk itu.
Pikiran yang “sempit” menurut saya.
Mengajar dan mendidik bukanlah semata-mata hanya untuk mengejar “materi”. Cobalah menelisik lebih dalam. Guru membentuk kita menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berakal, berbudi pekerti luhur, mampu membedakan hal yang baik dan buruk, dan bertanggung jawab. Mereka melakukannya dengan ikhlas dan sabar dari kita tidak tahu apa-apa menjadi lebih paham, yang bukan siapa-siapa menjadi seperti sekarang. Dan kemudian mendapatkan “uang” yang kita sebut gaji adalah hal yang wajar sebagai bonus akan kesabaran dan keikhlasannya.
Gurulah yang mengajarkan kita baca tulis hitung. Saya bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat berbentuk artikel seperti yang saya lakukan saat ini tentunya bagian dari peran guru yang dengan tekun mengajarkan saya begaimana berpikir kritis dan menghasilkan hal-hal yang produktif. Kitapun bisa bertransaksi jual beli dan membangun usaha karena kita telah mampu berhitung untung rugi dengan baiknya. Itu semua adalah peranan guru, bukan?
Lalu apa kabar dengan guru yang masih menjadi tenaga honorer? Masihkan mereka bisa kita nilai pengorbanannya dengan “uang?”. Jawabannya sudah jelas “tidak.” Meskipun untuk menyambung hidup keluarga dan demi asap dapur tetap mengepul, mereka berharap ada bonus yang mereka bisa dapatkan dari buah kesabaran dan keikhlasannya selama ini. Akan tetapi kenyataannya, para guru honorer masih belum “tersejahterahkan.” Namun tetap saja senyum mereka selalu lebar di depan anak didik seakan-akan tanpa beban hidup. Sungguh mulia bukan?.
Di hari guru ini, semoga pemerintah Indonesia memberikan “bonus” atas dedikasi dan buah kesabaran para “pahlawan tanpa tanda jasa” khususnya guru honorer yang masih kurang mendapat perhatian atas kesejahteraan mereka.
Guruku adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Selamat “hari guru” untukmu Guru-Guru Hebatku di Seluruh Penjuru Negeri ini. Indonesia masih belum merdeka jika kesejahteraan guru belum diperhatikan.
Sumber: Dokumentasi penulis, Lokasi STMIK Bina Adinata Bulukumba
This article has been published in Radar Selatan https://radarselatan.fajar.co.id/2022/11/26/opini-selamat-hari-guru-untukmu-guru-guru-hebatku/
Find Me in My Working Biography
Hi, my colleagues. My complete name is Dr. Widya Rizky Pratiwi, S.Pd., MM. I am an Assistant Professor in the Master Program of English Education at the Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Terbuka, Indonesia. I completed my doctoral degree at Universitas Negeri Makassar in the English Education Study Program under the Indonesian Lecturer Excellence Scholarship (BUDI-DN). In 2018, I earned an Indonesian Endowment Fund for Education Scholarship (LPDP) to be a presenter at ASIA TEFL International Conference in Macao, Cina. I was also a visiting researcher at the University of Newcastle in 2019, Australia, under the Ministry of Education, Culture, Research, and Technology (Kemendikbudristek) scholarship. My research interest is TEFL, teaching innovation, learning strategies, immersion programs, and distance education-based English learning. I am concerned about enhancing English speaking skills in non-native English countries. Furthermore, you can contact me on my working record link:
Email: widya_pratiwi@ecampus.ut.ac.id
Google Scholar: https://scholar.google.co.id/citations?user=myaN0psAAAAJ&hl=id
Sinta: https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/6769210
WoS: https://www.webofscience.com/wos/author/record/GPG-3315-2022
Orcid: https://orcid.org/0000-0003-0738-752X
Scopus: https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57220960712
Research Gate: https://www.researchgate.net/profile/Widya-Pratiwi-3
Academia Edu https://universitasterbukaindonesia.academia.edu/DrWidyaRizkyPratiwi
Personal Blog: https://www.pratiwiwidyarizky.my.id/
Ebook: https://fliphtml5.com/dashboard/publications
Personal Institution: https://www.bundakartini.web.id/
Semantic Scholar: https://www.semanticscholar.org/me/research
Menginternalisasi dan Menerapkan Core Values ASN melalui Pelatihan Dasar CPNS
Kegiatan Latihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) telah berlalu. Tiga bulan lamanya ditempa dan dikader menjadi ASN BerAKHLAK, sebagaimana telah dilucurkan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 27 Juli 2021 bersamaan dengan peluncuran employer branding “Bangga Melayani Bangsa”. mengutip https://lan.go.id/, Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (Latsar CPNS) adalah pendidikan dan pelatihan dalam masa prajabatan yang dilakukan secara terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang.
Pelatihan Dasar CPNS bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara terintegrasi. Kompetensi diukur berdasarkan kemampuan menunjukkan sikap perilaku bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas jabatan, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menunjukkan penguasaan Kompetensi Teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas. Sementara terintegrasi berarti penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS memadukan antara pelatihan klasikal dengan nonklasikal, dan Kompetensi Sosial Kultural dengan Kompetensi Bidang. Terangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Terbuka, saya telah mengikuti tahap terakhir Pelatihan Dasar CPNS selama 6 hari kerja di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Jakarta.
Peserta Latsar CPNS G3A3 Kemendikbudristek saat Peraturan Baris-Berbaris (PBB) di BBPK Jakarta
Dalam kesempatan yang luar biasa ini, saya bersama 41 peserta CPNS merupakan peserta Gelombang 3 Angkatan 3 Kemdikbudristek yang berasal dari empat institusi yang berbeda yaitu Universitas Terbuka, Politeknik Negeri Bandung, Universitas Mataram, dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti). Selain itu, terdapat satu peserta susulan dari Politeknik Negeri Jakarta. Keseluruhan peserta Latsar CPNS telah mengikuti seluruh kegiatan latsar CPNS selama kurang lebih 3 bulan dimulai tanggal 1 September 2022 dan berakhir tanggal 6 Desember 2022. Rangkaian kegiatan dibagi menjadi 4 tahapan dengan sistem blended learning (online dan offline). Tahapan pertama diawali dengam Massive Online Open Course (MOOC) yaitu 1 September-22 September 2022, distance learning 22 September – 24 Oktober 2022, aktualisasi 25 Oktober – 28 November 2022, dan kegiatan klasikal yang dilaksanakan pada 29 November – 6 Desember 2022.
Massive Online Open Course (MOOC) adalah sistem pembelajaran berbasis Learning Manajemen Sistem (LMS) dimana peserta latsar mempelajari materi yang telah disediakan Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI) pada laman MOOC Swajar secara mandiri. Pembelajaran MOOC diawali dengan materi kebijakan, dan dilengkapi dengan empat agenda yakni agenda 1 terkait sikap perilaku bela negara, agenda 2 mengenai nilai-nilai dasar CPNS, agenda 3 membahas kedudukan dan peran PNS dalam mewujudkan smart governance, dan agenda 4 adalah habituasi.
Pada agenda 4 ini, para peserta dituntut untuk mampu merubah ide menjadi suatu bentuk nyata dengan secara terukur dalam melakukan sesuatu kebiasaan yang bermanfaat dan mempunyai nilai inovasi atau kebaruan pada unit organisasi tempat tugas. Dikutip dari laman https://bpsdmd.ntbprov.go.id/ , Habituasi adalah suatu proses pembiasaan pada atau dengan sesuatu penyesuaian dan perubahan di lingkungan kerja, penciptaan situasi atau kondisi (Persistence life of situation) tertentu untuk membiasakan diri berperilaku sehingga terbentuk karakter diri melalui proses internalisasi yang melahirkan kebiasaan dan kenyamanan baru.
Distance Learning dilaksanakan selama kurang lebih 4 hingga 5 minggu dengan modus blended syncronus maya dan asyncronus yang difasilitasi oleh coach. Pertemuan syncronus maya dengan coach dilaksanakan melalui aplikasi virtual zoom meeting sedangkan pembelajaran berbasis asyncronus berupa pengerjaan tugas-tugas baik individu maupun kelompok sebagai follow up dari pertemuan syncronus maya. Tugas-tugas dapat diakses dan dikumpul pada LMS Kolabjar LAN.
Aktualisasi adalah suatu proses untuk menjadikan pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki terkait substansi mata pelatihan yang telah dipelajari sehingga dapat menjadi aktual dan terjadi. Dalam hal ini, tentunya, peserta dituntut untuk dapat menerjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan (realita) memperhatikan tuntutan pembelajaran yang telah dipelajari. Tahapan aktualisasi dilakukan instansi/ unit kerja masing-masing.
Tiga bulan latsar CPN yang berkesan memberikan banyak input pengetahuan, keterampilan, karakter, dan pembelajaran baik bagi peserta. Dalam Latsar CPNS ini, peserta sedikit demi sedikit telah memahami dan menginternalisasi peran dan kedudukannya dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik, dan perekat pemersatu bangsa. Peserta juga dituntut untuk menerapkan Smart ASN dalam kaitannya dengan pengembangan literasi digital dengan meningkatkan pemahaman dan kompetensi terkait digital skills, digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Tentunya, dalam menjalankan peran dan kedudukan sebagai ASN yang Smart, coach tak henti-hentinya mengingatkan untuk selalu menginternalisasi dan menerapkan CoreValues ASN BerAKHLAK yaitu Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan kolaboratif. Sebagai dosen, penerapan kode etik kode perilaku ini tidak hanya diterapkan di lingkungan kerja, namun juga dalam interaksi yang lebih luas di tengah-tengah masyarakat.
Peserta Latsar CPNS G3A3 Kemendikbudristek di BPPK Jakarta
Referensi:
https://bpsdmd.ntbprov.go.id/aktualisasi-dan-habituasi-merubah-ide-menjadi-sesuatu-yang-terukur/
https://lan.go.id/?page_id=1872
This article has been published in Suara Lidik https://www.suaralidik.com/menginternalisasi-dan-menerapkan-core-values-asn-melalui-pelatihan-dasar-cpns/
Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing di Indonesia. Bagaimana Dampaknya?
Seiring perkembangannya, Bahasa Inggris dinobatkan sebagai bahasa sehari-hari yang lazim digunakan sebagai alat komunikasi di banyak negara di dunia. Sehingga bisa dikatakan, ia telah menjelma menjadi bahasa internasional dan global. Hal ini tentunya memosisikan Bahasa Inggris sebagai sesuatu hal yang vital bagi setiap warga negara untuk turut andil memainkan peranannya masing-masing dalam revolusi industri 4.0, termasuk pelajar Indonesia.
Sebagaimana kemajuan sistem informasi dan digitalisasi yang terus melaju dengan pesatnya, tentunya semakin menuntut setiap individu untuk menguasai bahasa internasional ini, tidak hanya pasif namun juga secara aktif agar dapat berfungsi sebagai media untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara verbal. Mereka yang tidak dapat melihat potensi ini tentunya akan tertinggal jauh dan tidak dapat menjadi salah satu bagian terdepan dalam mencetak sejarah pembangunan bangsa.
Sayangnya, Bahasa Inggris berkembang sebagai bahasa asing di Indonesia. Dampaknya, pengajaran Bahasa Inggris di Indonesia mengalami banyak kendala dimana sangat sulitnya dijumpai orang-orang yang berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris. Tak jarang, instruksi, komunikasi, dan diskusi dalam pengajaran Bahasa Inggris di kelas menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar sehingga siswa tidak terpapar oleh bahasa target ini. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa belajar Bahasa Inggris di Indonesia kurang didukung oleh lingkungan yang memadai.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing, yang dikenal dengan istilah English as a Foreign Language (EFL), dalam konteks Indonesia telah mengalami kesulitan yang signifikan. Kompetensi guru yang rendah dan motivasi siswa yang lemah tentunya berujung pada tidak tercapainya kemampuan Bahasa Inggris sesuai dengan yang diharapkan dalam capaian pembelajaran (Sulistyo, 2015).
Panggabean (2015) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cara belajar dan mengajar Bahasa Inggris di Indonesia menjadi beban. Meskipun sejak tahun 1980-an pendekatan berbasis tata bahasa telah berubah menjadi pendekatan fungsional, guru masih mengajar Bahasa Inggris dengan pendekatan sebelumnya. Akibatnya, mereka gagal menciptakan suasana belajar dan mengajar yang komunikatif, nyaman, dan menarik. Pada akhirnya, pendekatan berbasis tata bahasa menimbulkan persepsi siswa bahwa Bahasa Inggris itu sulit dan memberatkan.
Abrar (2016) dan Pratiwi (2021) juga mengungkapkan bahwa siswa mungkin malu dan takut melakukan kesalahan. Diantara mereka juga bahkan tidak tertarik sama sekali. Durasi waktu pengajaran Bahasa Inggris di sekolah pun sangat minim, sumber daya kurang memadai, materi tidak sesuai dengan kemampuan siswa, fasilitas terbatas, dan ruang kelas terlalu padat. Akibatnya, siswa melakukan beberapa kegiatan yang menyimpang di kelas, misalkan bermain smartphone ataupun tidur saat guru sedang menjelaskan.
Ilustrasi siswa yang sedang tidur di kelas (https://www.shutterstock.com)
Tentunya, kasus-kasus yang terjadi pada dunia pendidikan menempatkan beban berat pada guru Bahasa Inggris untuk memastikan bahwa siswa belajar bahasa internasional ini dengan memperoleh dukungan yang optimal. Selain itu, guru juga dituntut untuk dapat memfasilitasi keberhasilan penguasaan bahasa di kelas. Oleh karena itu, lingkungan yang mendukung, kompetesi, dan inovasi tentunya sangatlah penting untuk Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing
Referensi:
Artikel:
Abrar, M. (2016). Teaching English Problems: An Analysis of EFL Primary School Teachers in Kuala Tungkal. Proceedings of the 16th Indonesian Scholars International Convention, At Birmingham, UK, 16(1), 94-101.
Sulistiyo, U. (2015). Improving English as a Foreign Language Teacher Education in Indonesia: The Case of Jambi University. (Published thesis, Master of Education at La Trobe University, Australia)
Panggabean, H. (2015). Problematic Approach to English Learning and Teaching: A Case in Indonesia. English language teaching, 8(3), 35-45.
Pratiwi, W. R., Atmowardoyo, H., & Salija, K. (2020). The Need Analysis of Participation in an English Immersion Village at” Kampung Inggris Pare”. International Journal of Language Education, 4(1), 158-170.
Website:
https://www.shutterstock.com/image-photo/student-sleeping-napping-on-examination-this-1046565655
This article has been published in Miindonews https://miindonews.co.id/wacana/bahasa-inggris-sebagai-bahasa-asing-di-indonesia-bagaimana-dampaknya/